Surimi merupakan bahan setengah jadi yang dibuat dari daging yang berwarna
putih, tidak berasa dan berbau serta mempunyai kemampuan membentuk gel yang
tinggi. Keuntungan penggunaan surimi ini diantaranya adalah (1) surimi dapat
digunakan secara langsung untuk pengolahan produk-produk makanan seperti bakso,
sosis, nugget, kamaboko, burger dan lain-lain. (2) Surimi tidak berbau, bebas
tulang dan duri sehingga produk olahan lebih mudah dikonsumsi oleh berbagai
tingkat usia. (3) Pasokan dan harganya relatif stabil karena surimi dapat
disimpan dan ini memudahkan perencanaan produksi olahannya. (4) Biaya
penyimpanan, distribusi dan transportasi lebih murah karena surimi dapat
disimpan lama. (5) Menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih
murah. (6) Masalah yang timbul akibat pembuangan limbah lebih kecil
(Perangin-angin, 1999).
Pembuatan produk olahan berbasis surimi menggunakan berbagai macam bahan
pengisi dan bahan pengikat. Bahan pengisi dan bahan pengikat tersebut dapat
dibedakan menurut kandungan protein dan karbohidratnya. Bahan pengisi biasanya
berupa bahan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan pengaruhnya kecil
terhadap sifat emulsi. Sementara bahan pengikat biasanya berupa protein nabati
maupun hewani, dengan kandungan protein yang lebih tinggi sehingga mampu
memperbaiki sifat emulsi. Adapun beberapa produk olahan berbasis surimi yang
menggunakan bahan pengisi dan bahan pengikat adalah sebagai berikut :
A. Sosis Ikan
Sosis merupakan daging atau campuran beberapa daging yang dihaluskan serta
dicampur dengan bumbu-bumbu atau rempah-rempah. Hal yang perlu diperhatikan
dalam olahan sosis yaitu bahan pengikat. Untuk mendapatkan sosis yang kualitasnya
baik maka diperlukan tepung sebagai bahan pengikat yang baik kualitasnya. Bahan
pengikat pada sosis berfungsi untuk menarik air, memberi warna khas, membentuk
tekstur yang padat, memperbaiki stabilitas emulsi, menurunkan penyusutan waktu
pemasakan, memperbaiki cita rasa dan sifat irisan. Binder (bahan pengikat) akan
berikatan dengan air membentuk masa, memperkuat kemampuan emulsifier daging
sehingga emulsi semakin stabil. Sosis yang beredar di pasaran terbuat dari
campuran daging, tepung, dan STPP (sodium tripolyphosphat) sebagai bahan
pengikatnya. STPP merupakan senyawa anorganik berwujud kristal putih yang
biasanya digunakan untuk pengawet makanan dan texturizer, namun untuk saat ini
penggunaan bahan kimia pada makanan sudah dibatasi. Untuk itu diperlukan bahan
pengganti STPP yang alami yaitu tepung porang. Tepung porang diperoleh dari
tanaman porang dimana gel yang terbuat dari tepung porang merupakan salah satu
alternatif pengganti STPP.
Tanaman porang (Amarphopallus oncophilus) adalah tanaman daerah tropis yang
termasuk famili iles-iles, juga merupakan famili bunga bangkai yang terkenal
itu. Tanaman ini mempunyai umbi yang kandungan Glucomanan-nya cukup tinggi.
Tanaman porang merupakan tumbuhan herba dan menahun dengan ciri-ciri batang
tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang
(totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan
akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang
akan tumbuh bintil / katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat
perkembangbiakan tanaman porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat
tergantung umur dan kesuburan tanah. Di Indonesia tanaman Porang dikenal dengan
banyak nama tergantung pada daerah asalnya. Misalnya disebut acung atau acoan
oray (Sunda), Kajrong (Nganjuk) dan lain-lain. Banyak jenis tanaman yang sangat
mirip dengan porang yaitu diantaranya: Suweg (Amorphophallus campanulatus), Iles-iles dan Walur.
Tanaman porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun
demikian agar usaha budidaya tanaman porang dapat berhasil dengan baik perlu
diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman porang yaitu
keadaan tanah, keadaan iklim dan kondisi lingkungan.
Gambar 1.
Tanaman Porang
Tepung porang merupakan produk olahan yang berasal dari umbi porang (Amorphophallus
muelleri Blume) yang mengandung glukomanan mencapai 64,98%. Porang dapat membentuk
gel dengan pemanasan sampai 85°C dengan kondisi basa (pH 9-10). Gel ini
bersifat tahan panas dan tetap stabil dengan pemanasan ulang pada suhu 100°C atau bahkan suhu 200°C. Tingginya kadar
glukomanan menyebabkan tepung porang banyak digunakan sebagai bahan pengisi, bahan
pengental, serta bahan tambahan untuk produk makanan atau minuman berbasis
kesehatan. Selain berfungsi sebagai pengganti STPP, gel porang juga dapat
digunakan sebagai pengganti tepung karena sifat porang yang dapat menyerap 100
kali dari volume nya sendiri dalam air. Penelitian tentang perlakuan terbaik
dari segi fisik kimia pada pembuatan sosis telah dilakukan oleh Prastini dan
Widjanarko (2015).
B. Bakso Ikan
Bakso merupakan makanan yang digemari oleh berbagai
kalangan masyarakat dari segala umur di seluruh pelosok Indonesia. Bakso ikan
adalah suatu produk olahan ikan yang berbentuk bulat, bergizi tinggi, rasanya
lezat dan dapat disantap dalam keadaan apapun serta sangat mudah diterima oleh
siapapun. Bakso ikan dibuat dengan cara penambahan bumbu-bumbu, garam, bawang
putih, merica, es 20% dan tepung 10-30%. Tepung yang umum digunakan adalah
tepung tapioka. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rosiana (2011)
tepung tapioka mengandung kadar amilosa sebesar 17% dan amilopektin sebesar
83%. Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan pengikat bakso dapat disubsitusikan
dengan jantung pisang guna untuk memperbaiki tekstur, meningkatkan daya ikat
air, menurunkan penyusutan akibat pemasakan dan meningkatkan elastisitas
produk. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Aspiatun (2004) Jantung
pisang ini digunakan karena kaya serat pangan yang memiliki struktur serat yang
hampir mirip dengan struktur serat daging dengan kandungan gizi berupa protein
12,05%, karbohidrat 34,83% dan lemak total 13,05% serta sejumlah vitamin A, B1
dan C.
Gambar 2.
Jantung Pisang
Gambar 3.
Pohon Sagu
Akan tetapi fungsi jantung pisang ini juga dapat
diganti dengan tepung lain yaitu tepung sagu. Tepung sagu mengandung amilosa
dan amilopektin yang dapat mempengaruhi daya larut dari pati sagu dan suhu
gelatinisasi yang berperan menghasilkan kekenyalan pada bakso.
C. Nugget Ikan
Nugget ikan merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat terutama oleh
anak-anak. Menurut Lukman dkk (2009); Evanuarini dan Purnomo (2011) Nugget
adalah produk daging direstrukrisasi dengan adonan dan pelapis untuk
mempertahankan kualitas. Pada pembuatan nugget, bahan pengisi dan bahan dasar
menentukan karakteristik nugget yang dihasilkan. Biasanya digunakan bahan dasar
berupa ikan sebagai bahan utamanya, sedangkan bahan pengisi berupa tepung
terigu, tapioka maupun maizena. Adapun komposisi kimia tepung terigu, tepung
tapioka dan tepung maizena ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi
Kimia tepung terigu, tepung tapioka dan tepung maizena
Komponen
|
Tepung
terigu b)
|
Tepung
tapioka c)
|
Tepung
Maizena a)
|
Air
|
12
|
15
|
10.9
|
Abu
|
0.5
|
-
|
0.4
|
protein
|
8.9
|
0.5-0.7
|
5.8
|
Lemak
|
1.3
|
0.2
|
0.9
|
Karbohidrat by difference
|
77.3
|
85
|
82.0
|
Pati
|
-
|
-
|
68.2
|
Serat
makanan
|
-
|
0.5
|
7.8
|
Sumber : a) Juniawati
(2003), b) Departemen Kesehatan (1995), c) Grace (1977)
Fungsi penambahan tepung pada pembuatan nugget yaitu untuk
memperbaiki sifat elastisitas, warna dan kekuatan gel. Tepung yang biasa
digunakan adalah tepung terigu, tepung tapioka dan tepung maizena. Tepung
terigu mengandung gluten yang tinggi sehingga dapat mengikat air lebih banyak.
Menurut Inglet (1974) Air dapat membantu mengikat jumlah protein yang
terekstrak sehingga dapat membentuk adonan yang kompak dengan bahan lain,
membuat produk tampak berisi memiliki bentuk yang tetap setelah pembentukan.
Tepung maizena merupakan tepung yang dihasilkan dari
tanaman jagung. Tepung maizena (tepung jagung) memiliki kandungan lemak yang
lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu, tetapi memiliki kandungan serat
yang lebih tinggi. Rendahnya lemak pada tepung maizena dapat membuat tepung
maizena menjadi lebih awet karena tidak mudah tengik akibat oksidasi lemak.
Namun tingginya serat pada jagung menyebabkan tepung maizena memiliki tekstur
yang lebih kasar dibandingkan dengan tepung terigu.
Tepung tapioka merupakan tepung yang dihasilkan dari
tanaman singkong. Tepung tapioka kaya karbohidrat dan energi selain itu tepung
ini juga tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi yang alergi. Tepung
tapioka berbeda dengan tepung singkong, hal ini disebabkan karena tepung
tapioka bersifat larut di dalam air, sedangkan tepung singkong tidak larut.
Tepung tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan
pengikat dalam industri pangan. Salah satu keunggulan tepung tapioka bila
dibandingkan dengan terigu adalah tidak mengandung gluten sedangkan
kelemahannya adalah tidak larut dalam air dingin, pemasakannya memerlukan waktu
cukup lama, dan pasta yang terbentuk cukup keras.
Nama : Siti Utami
NIM : 14/365018/PN/ 13646
Kelas : DPKP F
Kelompok/Golongan: Kelompok 7 / A.3.1